Selasa, 19 Mei 2009

Anak Dipukul, Trauma Nggak?

Assalamualaikum,
Saya punya anak usia 10 tahun yang sulit sekali mengendalikan keinginannya. Setiap kali menginginkan sesuatu, harus dituruti saat itu juga. Kalau tidak, dia bakal ngambek, nggak mau ngomong atau malah teriak-teriak sambil nangis, baik itu saat minta jajanan atau mainan. Saya tahu, sifat seperti itu tidak baik, dia harus belajar mengendalikan keinginannya. Makanya akhir-akhir ini, saya buat peraturan buat dia, uang saku saya batasi dan setiap kali perg ibelanja harus disepakati dulu di awal apa yang mau dibeli, tidak boleh minta macam-macam lagi. Apakah peraturan seperti ini salah? Beberapa hari yang lalu saya mengalami kejadian yang memalukan. Sewaktu di sebuah swalayan, dia marah karena tidak saya ijinkan mengambil makanan di luar kesepakatan. Dia teriak-teriak sampai orang satu swalayan melihat kita berdua. Saya tidak tahan, akhirnya saya cubit, saya pukul sampai diam. Saya jadi takut, apakah nanti dia tidak trauma dengan kekerasan yang sudah saya lakukan? Mohon pendapatnya, terimakasih.- Ibu Lyn

Waalaikum salam,
Setiap orangtua pasti berusaha memberikan yang terbaik buat anaknya. Tetapi bukan berarti harus menuruti segala keinginannya. Alhamdulillah, ibu menyadari bahwa kita harus mendidik anak-anak untuk mengendalikan keinginan. Allah mengaruniakan hawa nafsu agar manusia dpat mengendalikannya. Apakah peraturan perlu dibuat? Ya, sangat perlu. Anak-anak perlu dikenalkan pada hukum sbeab akibat, jika melakukan ini akan berakibat itu. Jika tidak dibekali aturan, mereka akan semaunya sendiri dan pada akhirnya akan sulit berdaptasi di masyarakat yang penuh dengan aturan. Hanya saja proses menetapkan aturan perlu diperhalus, dengan cara dialog tentang apa harapan anak, harapan ayah-ibu, dan usaha untuk mempertemukan keduanya. Kesepakatan perlu dibangun, dan setelah itu dilaksanakan dengan konsisten. Pada awalnya mungkin terjadi masalah, anak yang terbiasa mendapat segala yang diinginkan tiba-tiba diberi peraturan-peraturan. Seperti yang ibu ceritakan, teriak-teriak di swalayan. Yah, di sini mungkin pengorbanan orangtua diperlukan seperti rasa malu dulihat orang, perasaan tega yang kadang membuat kita merasa bersalah, dan perang emosi dengan anak ketika harus melakukan kekerasan. Perlu digarisbawahi, bukan kekerasan tapi ketegasan. Jika anak bisa diberi konsekuensi dengan didiamkan atau dicuekin, mungkin tidak perlu sampai memukul. Namun jika itu sudah terlanjur terjadi, agar tidak terjadi trauma perlu dialog dengan anak. Setelah emosinya reda, ajak diskusi tentang alasan ketegasan tadi. Jelaskan pelan-pelan bahwa semua itu dilakukan untuk kebaikannya di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar