Selasa, 02 Juni 2009

Jauhi Prasangka

Sudah menjadi bagian dari Kode Etik Psikologi untuk tidak melabeli orang. Namun, konselor juga manusia, terjadi juga...
Beberapa hari yang lalu, seorang ibu telepon aku, minta waktu untuk konsultasi dan memeriksakan anaknya yang masih berusia "22 bulan". Pikiranku pertama adalah "Wah, ibu ini paranoid banget. Masak ya..anak masih kecil pengen tahu psikologinya segala. Mentang-mentang orang kaya punya uang". Dan ini menjadi sebuah kesalahan diriku. Dosa ya? Berprasangka pada orang lain. Alhamdulillah masih menjadi kesalahan berharga karena menyadarku untuk menghindarinya di lain waktu...
Cerita berlanjut, setelah mendapat kesepakatan waktu akhirnya aku berhasil mempertemukan ibu ini dengan terapis yang cocok. Setelah observasi, khususnya perkembangan fisik, motorik, dll. Kesimpulan akhirnya : ANAK INI NORMAL, perkembangan masih sesuai dengan anak-anak seusianya. "Nah, betul kan..ibu ini paranoid. Lha wong anaknya gak apa-apa kok" begitu aku masih menggerutu dalam hati.
Gerutuan dalam hatiku terhenti ketika melihat mimik wajah ibu itu berubah. "Saya boleh cerita, Bu?" tanya dia.
"Ya, silakan. Apa yang bisa saya bantu lagi?" jawabku. Kemudian mengalirkan sebuah cerita drama sendu dari si ibu ini. Suaminya yang menggunakan narkoba menjadi biang semua persoalan. Si Ibu merasa, kondisi suami yang tidak stabil karena dalam proses rehabilitasi, membuatnya belum mampu menjadi sosok suami dan ayah diharapkan. Sehingga si ibu membawa anaknya untuk diperiksa itu demi meyakinkan dirinya bahwa anaknya masih baik-baik saja, takut anknya mendapt dampak dari ayahnya yang konsumsi narkoba. Cerita sedih ini keluar begitu saja dari bibir ibu disertai untaian air mata mengalir tanpa isak tangis (Tahu nggak tipe tangisan ini? Orang yang airmatanya menetes begitu saja, nggak pake sesenggukan. Satu bentuk menangis yang mencerminkan kesedihan terdalam).
Seusai sesi konsultasi itu, aku termenung...Sungguh aku telah salah ketika berprasangka. Andaikan aku berada pada posisi ibu itu, tentunya aku khawatir pada perkembangan anakku. Dan ini sama sekali bukan bentuk kekhawatiran yang berlebihan. Bukan paranoid! Maka memang aku harus lebih berhati-hati. Dan sungguh, jauhilah prasangka!
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
(Q.S. Al Hujurat : 12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar